Archive for January 2018

Masalah Utama Anime Adaptasi Novel

Anime: Hataraku Maou-sama
Yo..yo...yo Selamat datang kembali sobat sekalian di Indonesia Anime Review... Kali ini yang kita bahas adalah adpatasi anime dari novel, kalau mengenai adaptasi anime dari novel tentunya sobat anilov sudah pada tahu, ya...banyak sekali anime-anime yang merupakan adaptasi dari novel maupun light novel seperti SAO, Melancholy of  Haruhi Suzumiya, Toradora, Oreimo, Log Horizon, To Aru series dan masih banyak lagi. Banyak dari anime-anime adaptasi tersebut kemudian menjadi begitu populer dan tentunya banyak di gemari oleh para wibu hehhehe.
Tapi para anilov tahu atau tidak, bahwa mengadaptasikan sebuah novel menjadi anime tidaklah mudah. Ada beberapa problem yang membuat sebuah adaptasi novel menjadi anime merupakan hal yang cukup sulit, secara lebih rinci mari kita bahas dibawah ini:

Panjang Cerita dan Detail
Sebagaimana kita tahu, bahwa novel biasanya memuat cerita yang lebih panjang dan detail di bandingkan dengan anime. Tentu saja hal ini adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari mengingat sebuah anime dibatasi oleh durasi sekitar 23 sampai 24 menit perepisode (termasuk dengan opening dan ending, terkadang dengan ulasan untuk episode selanjutnya) mengikuti slot waktu yang disediakan oleh stasiun tv yang menayangkan anime tersebut, walaupun terkadang durasinya bisa lebih panjang yaitu sekitar 45 menit sampai satu setengah jam bergantung pada waktu tayang yang diberikan.

Anime: To Aru Majutsu no Index

Untuk mengatasi masalah tersebut biasanya studio anime memotong  cerita atau dialog dalam novel namun tetap menjaga kelangsungan alur dari cerita. Hal ini tentu cukup sulit, mengingat beberapa bagian penting dalam cerita biasanya saling terkait satu sama lain, sehingga pemotongan cerita perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati, dan untuk mengurangi tingkat kesalahan biasanya pihak studio mendiskusikan hal tersebut dengan bagian scriptwriter dan juga penulis dari novel itu sendiri. Pemotongan cerita yang buruk dan penghilangan detail yang kurang baik membuat sebuah anime yang diadaptasi dari novel di penuhi oleh 'plot hole' serta alur cerita yang berjalan terlalu cepat sehingga terasa kurang natural. Salah satu aniem yang cukup baik dalam mengatasi panjang cerita dan detail adalah To Aru Majutsu no Index serta Tora Dora yang mampu memuat detail dan juga alur cerita yang cukup natural, sementara itu anime seperti Magic and Knight sekalipun cukup baik dalam pengaturan alur dan detail namun dari segi cerita nampak terburu-buru karena cukup banyak detail yang dihilangkan sehingga cerita yang disajikan tidak begitu natural dan mungkin terasa seperti movie.

Perbedaan Imajinasi Penulis dengan Pembaca
Ketika membaca sebuah novel tentunya kita memiliki imajinasi tersendiri mengenai gambaran fisik karakter dalam cerita, bagaimana cara mereka berbicara, dan bagaiaman cara mereka menunjukan bahasa tubuh nya serta tentu saja suara dari tiap karakter yang mungkin berbeda dengan apa yang dimiliki oleh penulis cerita tersebut. Untuk menjembatani hal tersebut biasanya light novel dan novel dalam bahasa Jepang (serta sebagian kecil novel-novel barat) dilengkapi dengan ilustrasi dari karakater yang dihadrikan dalam cerita dan ulasan singkat mengenai kepribadian atau karakteristik khusus dari karakter tersebut (sayangnya dalam novel indonesia hanya sedikit novel yang dilengkapi dengan ilustrasi). Hal tersebut tentunya sangat membantu pembaca untuk mengetahui gambaran dari setiap karakater dari sudut pandang sang penulis.

Novel Illustration: Death March Kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku

Walaupun begitu ilustrasi yang dihadirkan tentu saja tidak dapat sepenuhnya menjembatani 'gap' imaji antara penulis dengan pembaca, 'gap' inilah yang kemudian membuat para penggemar novel merasa tidak puas dengan adaptasi anime dari novel yang mereka baca. Ketidakpuasan itu muncul karena pembaca merasa apa yang dihadirkan dalam adaptasi anime tidak sesuai dengan gambaran atau imaji yang mereka miliki mengenai karakter, setting, cerita dan lain sebagainya. Tentu saja hal itu berbeda ketika penonton adaptasi anime tersebut tidak membaca novel sebelumnya yang mungkin akan memiliki impresi berbeda dengan mereka yang telah membaca novel sebelumnya.

Tidak Semua Cerita dalam Novel dapat Diadaptasikan
Ketika kita membaca novel biasanya tokoh utama sering diasosiasikan dengan 'Aku', sehingga terkadang seroang pembaca baik secara sadar ataupun tidak sadar mengaitkan tokoh tersebut dengan dirinya sendiri dan meng'imaji'kan dirinya sebagai bagian dari cerita. Akan tetapi dalam sebuah anime kita memandang seorang tokoh utama dari sudut pandang 'orang lain' dan mengasosiasikan tokoh tersebut sebagai 'orang lain'. Lalu dimana masalahnya? Masalah tidak akan muncul ketika karakter tersebut adalah karakater yang masuk akal atau 'cukup manusiawi', akan tetapi ketika karakter utama dalam cerita adalah karakater yang 'OP' dan 'agak naif' mungkin akan menjadikan tokoh utama tersebut sebagai tokoh yang "ngeselin", "klise", atau "ngayal" karena karakter tersebut tidak diasosiasikan dengan 'Aku'. Hal inilah yang membuat banyak light novel bertema isekai dengan karakter 'OP' tidak cocok untuk diadaptasikan sebaai anime.

Anime: One Punch Man
Lalu apakah semua anime dengan karakter 'OP' adalah anime yang buruk? Tentu saja tidak, contohnya adalah One Punch Man yang mampu meng'handle' karakater 'OP' dengan cukup baik (mungkin contohnya agak ngawur karena bukan dari LN tapi anime adaptasi manga, berhubung cari karakter 'OP' dari anime adaptasi novel agak susah, 'Kirito' bisa menjadi contoh....hanya saja kepribadian nya yang agak 'klise', jadi lebih baik mengguanakn Saitama sebagai contoh). Tokoh utama dalam One Punch Man, Saitama, merupakan sentral cerita namun disisi lain juga dapat dikatakan sebagai tokoh yang pasif. Kenapa gue bisa katakan Saitama sebagai karakater yang pasif? (1) Saitama tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap jalannya cerita, tokoh lain nya lah yang menjalankan cerita, seperti Genos yang mencoba untuk menemukan rahasia kekuatan Saitama, Sonic yang berjuang untuk mengalahkan Saitama, dan drama para 'hero' ketika bertarung melawan monster, yang Saitama lakukan adalah 'just punch and blow up monsters' hanya itu, dan (2) Dalam One Punch Man kita jarang melihat cerita dari sudut pandang Saitama, tapi kita selalu disuguhkan cerita dari sudut pandang tokoh-tokoh lain kecuali ketika menggambarkan kehidupan sehari-hari Saitama. Lalu apa yang menjadikan Saitama sebagai karakter 'OP' yang dapat diterima, (1) Sejak awal kita tidak menganggap tokoh Saitama sebagai 'aku' tapi sebagai orang lain melalui penggunaan sudut pandang karakter lain, (2) Saitama walaupun merupakan karakater yang 'OP' tapi tidak digambarkan sebagai karakater yang 'sempurna', penampilan Saitama sama sekali tidak menarik, miskin, agak 'bego' dan apatis sehingga membuat penonton dapat menerima ke 'OP'an nya, dan (3) Saitama bukan merupakan karakater yang 'naif', Saitama tidak mencoba untuk menyelamatkan semua orang, dia juga tidak lembek ketika menghadapi lawan-lawan nya akan tetapi tetap menghindari untuk membunuh 'manusia' (Saitama tidak segan membunuh manusia yang berubah jadi monster), hal tersebut didukung oleh cerita yang tidak membawakan 'perfect ending' (cerita dimana semua orang bahagia tanpa pengorbanan). Tiga alasan itulah yang kemudian membuat karakater Saitama diterima sebagai karakater 'OP'.

Selalin tiga masalah diatas tentu saja ada masalah-masalah lain yang dapat membuat sebuah anime adaptasi novel tidak dapat menjadi sebuah anime yang benar-benar layak untuk dinikmati, seperti 'story block', 'ending gantung', cerita yang berputar-putar dan sebagainya, namun begitu hal tersebut akan kita bahas lain waktu. Mungkin sekian dulu yang bisa gue bahas dalam artikel singkat ini... stay tune in Indonesia Anime Review, sampai jumpa lagi di postingan selanjutnya, .... Bye :) 

Apa yang Salah dengan Boruto?!



Selamat datang kembali di Indonesia Anime Review...Yeahhh!!! Siapa yang gak tau dengan anime Naruto, ya setelah anime ini tamat kemudian cerita dilanjutkan kembali oleh keterunan Naruto yang bernama Boruto, namun begitu apakah anime Boruto ini dapat menyaingi kesuksesan anime Naruto atau akan tetap menjadi bayang-bayang anime Naruto dan memanfaatkan kesuksesan series sebelumnya itu?
Sebelum kita lanjut, gue perlu kasih tau, bahwa gue bukan fans Naruto dan gak begitu mengikuti animenya, tapi gue suka dengan manga Naruto dan mengikuti alur cerita versi manga tentunya sampai tamat. Alasan kenapa gue gak begitu menyukai anime Naruto sendiri karena terlalu banyak filler sehingga membuat gue agak cukup malas menonton anime nya, dan lebih suka ngikuti manganya.
Nah serakang kita akan bahas mengenai Boruto, gue masih belum bisa membuat sinopsis untuk anime Boruto sendiri karena animenya memang belum tamat dan gue gak begitu tau kemana arah cerita anime ini akan berjalan, jadi kita langsung masuk aja ke review nya, cek itu out!
Dari segi animasi dan artwork sendiri dapat dikatakan bahwa Boruto memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan Naruto. Baik pada scene slice of life maupun scene battle kualitas animasi yang ditawarkan cukup konsisten, dibandingkan dengan anime garapan studio Pierrot sebelumnya, yaitu Sousei no Onimyouji, Boruto memiliki kualitas artwork yang jauh lebih baik. Desain karakter yang dihadirkan juga cukup merepresentasikan kepribadian dari tiap karakter dalam anime.
Untuk musik sendiri, bisa dikatakan cukup standar, Ost maupun musik yang dalam anime Boruto mampu untuk mendukung cerita dan juga mampu menghadrikan kesan dari scene-scene dalam anime. Secara personal gue suka dengan opening pertama dari Boruto karena memang selain musiknya enak namun juga karena animasi dan atrwork yang mendukung kesan dari anime Boruto yang mengambil tema kehidupan remaja kekinian.
Namun begitu dari seluruh kelebihan dan nilai plus tersebut mungkin yang menjadi kelemahan utama dari anime Boruto sendiri terletak pada karakterisasi dari tokoh-tokoh yang dihadirkan, terutama Boruto. Berbeda dengan Naruto yang pada awal cerita memiliki karakterisasi yang sangat kuat, Boruto tidak menghadirkan karakterisasi yang begitu kentara, bahkan mungkin dapat dikatakan sangat lemah. Naruto dalam animenya (diawal cerita) digambarkan sebagai seorang remaja yang memiliki ambisi kuat untuk menajdi Hokage agar diakui oleh penduduk Konoha. Perjalanan Naruto yang berusaha kerasa untuk menjadi kuat dan menghadapi tantangan yang datang silih berganti pada dasarnya merupakan faktor utama dari menariknya anime Naruto di samping adegan bertarung dan action yang dihadirkan.
Sementara itu karakter Boruto yang sama sekali tak memiliki ambisi dan juga tujuan hidup menjadikan Boruto sendiri sebagai karakter yang membosankan. Sekalipun Boruto memiliki keinginan untuk melampaui ayahnya, Naruto, hal tersebut tidak begitu nampak dan kentara dalam anime ini sehingga keinginan tersebut hanya seperti alasan remeh-temeh untuk mendukung esksistensi karakter. Apalagi ketika Boruto menyatakan bahwa keinginan nya adalah untuk tetap bersama teman-temannya di akademi, ‘what the hell??’, dia pengen jadi bocah selamanya?? Sampe-sampe Kakashi pun illfeel sama Boruto. Diatas hal itu semua, yang menjadikan karakter Boruto sendiri kurang menarik karena kepribadian Boruto seperti copy paste dari Naruto, dan bukan hanya Boruto, hampir semua karakter dalam Boruto di akademi merupakan copy paste dari karakter-karakter di Naruto dengan sedikit modifikasi.
Salah satu alasan mengapa karakterisasi dalam anime Boruto cukup buruk mungkin karena anime ini mengambil time line sebelum Movie Boruto sehingga hal itu tidak dapat dihindari. Tapi bila menelisik kembali, mengapa Boruto tidak mengambil time line setelah Movie? Pengambilan timeline setelah movie pada dasarnya dapat menghindarkan series anime Boruto ini dari karakterisasi tokoh yang lemah dan alur cerita yang seperti ‘filler’, tetapi hal itu kembali lagi kepada stuido yang membuat anime ini, mungkin saja mereka memiliki ide lain kemana cerita dari anime ini akan dibawa dan bagiaman perkembangan para tokoh selanjutnya.

Mungkin begitu saja yang bisa gue sampein mengenai anime Boruto ini sampai jumpa lagi di review selanjutnya, bye bye J

Mikazuki, Setsuna dan Heero, mengapa Mereka sama dan Berbeda, Sebuah Studi Fenomenologis


Hello anime lovers sekalian, kayaknya sudah lama sekali mimin tidak menulis artikel di blog ini, maklum banyak kegiatan dan urusan yang mesti diselesaikan dalam kehidupan real life. Yak, kembali dalam bahasan kita setelah tiga tahun, kali ini kita akan membahas mengenai pilot Gundam, yaitu Mikazuki August dari Gundam Iron Blooded Orphans, Setsuna F. Seiei  dari Gundam 00 dan terakhir Heero Yuy dari Gundam Wing. Nah kalo mendengar nama-nama pilot Gundam tersebut, apa yang terbersit di dalam pikiran para anilove? Mereka para pilot yang tangguh dan kuat? jelasss! Namun begitu apakah kita pernah berfikir bahwa ketiga orang pilot tersebut memiliki kemiripan satu sama lain atau bisa dikatakan pararel? Nah, kalau para anilove belum pada sadar mengenai apa persamaan dan perbedaan karakter dari ketiga pilot gundam tersebut, mari kita bahas.

Sudah menjadi prajurit dari sejak kecil
Baik Heero, Setsuna maupun Mikazuki telah menjadi prajurit perang sejak mereka kecil. Heero menjadi seorang pembunuh yang menjalankan misi untuk menghadapi lawan-lawan seperti United Earth Sphere Alliace, dan bahkan dalam usia 15 tahun kemamupuan tempurnya sudah menyamai para prajurti veteran. Sementara itu Setsuna menjadi bocah prajurit KPSA dibawah bimbingan Ali Al Sachez (yang kemudian menjadi musuh besarnya) sebelum kemudian bergabung dengan Celestial Being dan menjadi pilot Gundam. Mikazuki sudah menjadi prajurit semenjak kanak-kanak dan bekerja untuk Chryse Guard Security yang kemudian tumbang dan di gantikan oleh Tekkadan.

Dingin dalam pertempuran 
Baik Heero, Setsuna maupun Mikazuki adalah pilot yang dingin ketika bertempur, mereka tak ragu-ragu untuk membunuh dan menghancurkan lawan-lawan nya tanpa belas kasihan. Mereka adalah mesin tempur yang sangat efektif dan patuh terhadap misi yang diberikan. Waluapun dalam perkembangannya Heero Yuy dan Setsuna mengalami banyak perubahan, Mikazuki tetap menjadi prajurit berdarah dingin hingga akhir.
Tiga karakter ini merupakan karakter dalam Gundam yang cukup unik, karena berbeda dengan pilot gundam lain yang kadang-kadang sering galau dan gundah gulanah, Heero, Mikazuki dan Setsuna bisa dikatakan tetap konsisten dengan tujuan mereka dan tetap bertahan dengan tujuan tersebut hingga akhir, bagaimanapun caranya. Namun begitu pada movie trial-blazer Setsuna mengalami kondisi tidak stabil secara psikologi, walaupun akhirnya ia kembali stabil dan berhasil membulatkan tekadnya untuk menciptakan kedamaian dialam semesta.

Tergabung dalam organisasi militer
Heero (pada awalnya), Setsuna dan Mikazuki tidak tergabung dalam organisasi militer milik pemerintah. Heero bergabung dengan Colony Liberation Army, yaitu sebuah organisasi yang menentang operasi militer dan kesewenang-wenangan United Earth Sphere Alliace, Setsuna bergabung dengan Celestial Being, organisasi yang menentang perang dengan cara perang, dan terakhir Mikazuki merupakan anggota Tekkadan yang tak lain adalah kelompok prajurti bayaran.

Menggunakan gundam dengan corak warna yang sama
Gundam Barbatos, Gundam Wing dan Gundam 00 (Exia/Qan-T) merupakan gundam yang didominasi oleh warna putih dan biru, walaupun pada Gundam 00 (Exia dan Qan-T) tidak memiliki corak merah dan kuning seperti pada Barbatos maupun Gindam Wing. Warna biru-puith ini memang bisa dikatakan trade-mark tokoh utama dalam serial gundam, dimana hanya beberapa gundam saja yang tidak didominasi oleh corak ini (seperti Gundam Unicorn dan Astray).

Perbedaan Mikazuki, Heero dan Setsuna
Bila kita berbicara mengenai perbedaan, tentu saja banyak perbedaan yang kita dapatkan dari ketiga tokoh tersebut. Namun begitu kalau kita menelisik lebih lanjut, peberdaan yang mencolok diantara ketiganya terletak dalam, gaya bertarung, perkembangan karakter dan kemampuan khusus yang dimiliki. Sebagaimana kita tahu Heero Yuy dengan Gundam Wing nya merupakan petarung jarak jauh dengan 2 riffle super yang bahkan dapat menghancurkan koloni. Mikazuki dengan Barbatosnya merupakan tipe petarung jarak dekat, kecepatan reaksi dan senjata yang digunakannya menjadikan Barbatos sangat efektif. Sementara itu Setsuna dengan Gundam 00 Raiser dan Qan-T pada dasarnya dapat ahli dalam pertarungan segala jarak, kecuali ketika menggunakan Exia dimana Setsuna cenderung bertarung dalam jarak dekat.
Diantara Mikazuki, Heero dan Setsuna, dapat dikatakan Setsuna lah  yang banyak mengalami perubahan, bukan hanya dari style bertarung nya, namun juga secara kepribadian Setsuna banyak mengalami perubahan, dimana pada season 1 Setsuna cenderung individualis, mudah terpancing emosi, dan sangat ambisius dalam bertarung menjadi sosok yang lebih dewasa dan mungkin lebih mencintai kedamaian dari pada peperangan. Lebih dari itu, yang paling mencolok mungkin adalah perubhan fisik dan juga mental pada Setsuna, dimana Setsuna menjadi Innovator di season kedua dan menjadi manusia setengah alien di movie. Sementara itu untuk Heero Yuy sendiri sebenarnya cukup banyak, namun yang paling kentara adalah dimana ia lebih mampu untuk menerima dan menghargai teman-teman seperjuangannya dari sebelumnya pilot super egois. Sementara untuk Mikazuki sendiri, tak banyak perubahan yang terjadi, sebuah poin minus yang mungkin membawa ending anime ini menjadi agak mengecewakan bagi sebagian orang, walaupun menurut gue ending IBO sendiri adalah ending yang paling rasioanal dan masuk akal.
Terakhir kita akan membahas menganai kemampuan tempur ketiga pilot kita yang luar biasa ini, pada dasarnya setiap pilot Gundam dalam gundam franchise memiliki kemampuan tempur yang tidak berbeda jauh, yang membedakan adalah kemampuan dari Gundam itu sendiri, begitu pun dengan IBO, Wing dan 00. Namun bila kita bicara soal pilor, Setsuna dan Heero mungkin sedikit lebih tangguh dibandingkan dengan Mikazuki, alasanya adalah baik Setsuna maupun Heero tidak mengalami kecacatan setelah menggunakan kemampuan Gundam mereka secara maksimal, berbeda dengan Mikazuki yang kehilangan funsgi tubuhnya setelah menggunakan kekuatan penuh. Tentu saja hal itu mungkin disebabkan oleh faktor teknologi dalam IBO universe yang tertinggal dibandingkan dengan Wing dan 00 universe. Selain itu Mikazuki tidak mampu untuk menghadle misi-misi seperti penyusupan,dan pencarian informasi yang mampu dilakukan oleh Setsuna dan juga Heero dengan cukup mudah.
Mungkin sekian dulu menganai apa yang bisa gue sampein tentang serial Gundam, samapai jumpa lagi....dahhhhh :)


- Copyright © Indonesia Anime Review - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -