Friday, January 26, 2018

Anime: Hataraku Maou-sama
Yo..yo...yo Selamat datang kembali sobat sekalian di Indonesia Anime Review... Kali ini yang kita bahas adalah adpatasi anime dari novel, kalau mengenai adaptasi anime dari novel tentunya sobat anilov sudah pada tahu, ya...banyak sekali anime-anime yang merupakan adaptasi dari novel maupun light novel seperti SAO, Melancholy of  Haruhi Suzumiya, Toradora, Oreimo, Log Horizon, To Aru series dan masih banyak lagi. Banyak dari anime-anime adaptasi tersebut kemudian menjadi begitu populer dan tentunya banyak di gemari oleh para wibu hehhehe.
Tapi para anilov tahu atau tidak, bahwa mengadaptasikan sebuah novel menjadi anime tidaklah mudah. Ada beberapa problem yang membuat sebuah adaptasi novel menjadi anime merupakan hal yang cukup sulit, secara lebih rinci mari kita bahas dibawah ini:

Panjang Cerita dan Detail
Sebagaimana kita tahu, bahwa novel biasanya memuat cerita yang lebih panjang dan detail di bandingkan dengan anime. Tentu saja hal ini adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari mengingat sebuah anime dibatasi oleh durasi sekitar 23 sampai 24 menit perepisode (termasuk dengan opening dan ending, terkadang dengan ulasan untuk episode selanjutnya) mengikuti slot waktu yang disediakan oleh stasiun tv yang menayangkan anime tersebut, walaupun terkadang durasinya bisa lebih panjang yaitu sekitar 45 menit sampai satu setengah jam bergantung pada waktu tayang yang diberikan.

Anime: To Aru Majutsu no Index

Untuk mengatasi masalah tersebut biasanya studio anime memotong  cerita atau dialog dalam novel namun tetap menjaga kelangsungan alur dari cerita. Hal ini tentu cukup sulit, mengingat beberapa bagian penting dalam cerita biasanya saling terkait satu sama lain, sehingga pemotongan cerita perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati, dan untuk mengurangi tingkat kesalahan biasanya pihak studio mendiskusikan hal tersebut dengan bagian scriptwriter dan juga penulis dari novel itu sendiri. Pemotongan cerita yang buruk dan penghilangan detail yang kurang baik membuat sebuah anime yang diadaptasi dari novel di penuhi oleh 'plot hole' serta alur cerita yang berjalan terlalu cepat sehingga terasa kurang natural. Salah satu aniem yang cukup baik dalam mengatasi panjang cerita dan detail adalah To Aru Majutsu no Index serta Tora Dora yang mampu memuat detail dan juga alur cerita yang cukup natural, sementara itu anime seperti Magic and Knight sekalipun cukup baik dalam pengaturan alur dan detail namun dari segi cerita nampak terburu-buru karena cukup banyak detail yang dihilangkan sehingga cerita yang disajikan tidak begitu natural dan mungkin terasa seperti movie.

Perbedaan Imajinasi Penulis dengan Pembaca
Ketika membaca sebuah novel tentunya kita memiliki imajinasi tersendiri mengenai gambaran fisik karakter dalam cerita, bagaimana cara mereka berbicara, dan bagaiaman cara mereka menunjukan bahasa tubuh nya serta tentu saja suara dari tiap karakter yang mungkin berbeda dengan apa yang dimiliki oleh penulis cerita tersebut. Untuk menjembatani hal tersebut biasanya light novel dan novel dalam bahasa Jepang (serta sebagian kecil novel-novel barat) dilengkapi dengan ilustrasi dari karakater yang dihadrikan dalam cerita dan ulasan singkat mengenai kepribadian atau karakteristik khusus dari karakter tersebut (sayangnya dalam novel indonesia hanya sedikit novel yang dilengkapi dengan ilustrasi). Hal tersebut tentunya sangat membantu pembaca untuk mengetahui gambaran dari setiap karakater dari sudut pandang sang penulis.

Novel Illustration: Death March Kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku

Walaupun begitu ilustrasi yang dihadirkan tentu saja tidak dapat sepenuhnya menjembatani 'gap' imaji antara penulis dengan pembaca, 'gap' inilah yang kemudian membuat para penggemar novel merasa tidak puas dengan adaptasi anime dari novel yang mereka baca. Ketidakpuasan itu muncul karena pembaca merasa apa yang dihadirkan dalam adaptasi anime tidak sesuai dengan gambaran atau imaji yang mereka miliki mengenai karakter, setting, cerita dan lain sebagainya. Tentu saja hal itu berbeda ketika penonton adaptasi anime tersebut tidak membaca novel sebelumnya yang mungkin akan memiliki impresi berbeda dengan mereka yang telah membaca novel sebelumnya.

Tidak Semua Cerita dalam Novel dapat Diadaptasikan
Ketika kita membaca novel biasanya tokoh utama sering diasosiasikan dengan 'Aku', sehingga terkadang seroang pembaca baik secara sadar ataupun tidak sadar mengaitkan tokoh tersebut dengan dirinya sendiri dan meng'imaji'kan dirinya sebagai bagian dari cerita. Akan tetapi dalam sebuah anime kita memandang seorang tokoh utama dari sudut pandang 'orang lain' dan mengasosiasikan tokoh tersebut sebagai 'orang lain'. Lalu dimana masalahnya? Masalah tidak akan muncul ketika karakter tersebut adalah karakater yang masuk akal atau 'cukup manusiawi', akan tetapi ketika karakter utama dalam cerita adalah karakater yang 'OP' dan 'agak naif' mungkin akan menjadikan tokoh utama tersebut sebagai tokoh yang "ngeselin", "klise", atau "ngayal" karena karakter tersebut tidak diasosiasikan dengan 'Aku'. Hal inilah yang membuat banyak light novel bertema isekai dengan karakter 'OP' tidak cocok untuk diadaptasikan sebaai anime.

Anime: One Punch Man
Lalu apakah semua anime dengan karakter 'OP' adalah anime yang buruk? Tentu saja tidak, contohnya adalah One Punch Man yang mampu meng'handle' karakater 'OP' dengan cukup baik (mungkin contohnya agak ngawur karena bukan dari LN tapi anime adaptasi manga, berhubung cari karakter 'OP' dari anime adaptasi novel agak susah, 'Kirito' bisa menjadi contoh....hanya saja kepribadian nya yang agak 'klise', jadi lebih baik mengguanakn Saitama sebagai contoh). Tokoh utama dalam One Punch Man, Saitama, merupakan sentral cerita namun disisi lain juga dapat dikatakan sebagai tokoh yang pasif. Kenapa gue bisa katakan Saitama sebagai karakater yang pasif? (1) Saitama tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap jalannya cerita, tokoh lain nya lah yang menjalankan cerita, seperti Genos yang mencoba untuk menemukan rahasia kekuatan Saitama, Sonic yang berjuang untuk mengalahkan Saitama, dan drama para 'hero' ketika bertarung melawan monster, yang Saitama lakukan adalah 'just punch and blow up monsters' hanya itu, dan (2) Dalam One Punch Man kita jarang melihat cerita dari sudut pandang Saitama, tapi kita selalu disuguhkan cerita dari sudut pandang tokoh-tokoh lain kecuali ketika menggambarkan kehidupan sehari-hari Saitama. Lalu apa yang menjadikan Saitama sebagai karakter 'OP' yang dapat diterima, (1) Sejak awal kita tidak menganggap tokoh Saitama sebagai 'aku' tapi sebagai orang lain melalui penggunaan sudut pandang karakter lain, (2) Saitama walaupun merupakan karakater yang 'OP' tapi tidak digambarkan sebagai karakater yang 'sempurna', penampilan Saitama sama sekali tidak menarik, miskin, agak 'bego' dan apatis sehingga membuat penonton dapat menerima ke 'OP'an nya, dan (3) Saitama bukan merupakan karakater yang 'naif', Saitama tidak mencoba untuk menyelamatkan semua orang, dia juga tidak lembek ketika menghadapi lawan-lawan nya akan tetapi tetap menghindari untuk membunuh 'manusia' (Saitama tidak segan membunuh manusia yang berubah jadi monster), hal tersebut didukung oleh cerita yang tidak membawakan 'perfect ending' (cerita dimana semua orang bahagia tanpa pengorbanan). Tiga alasan itulah yang kemudian membuat karakater Saitama diterima sebagai karakater 'OP'.

Selalin tiga masalah diatas tentu saja ada masalah-masalah lain yang dapat membuat sebuah anime adaptasi novel tidak dapat menjadi sebuah anime yang benar-benar layak untuk dinikmati, seperti 'story block', 'ending gantung', cerita yang berputar-putar dan sebagainya, namun begitu hal tersebut akan kita bahas lain waktu. Mungkin sekian dulu yang bisa gue bahas dalam artikel singkat ini... stay tune in Indonesia Anime Review, sampai jumpa lagi di postingan selanjutnya, .... Bye :) 

{ 1 comments... read them below or add one }

  1. sama halnya dengan adaptasi manga, karena banyak sekali yang terpotong

    Situs Domino

    ReplyDelete

- Copyright © Indonesia Anime Review - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -